PELATIHAN PARADIGMA DAN METODE PEMBELAJARAN

Edy Subali, Enie Hendrajati

Abstract


Persoalan yang dihadapi dunia pendidikan kita di antaranya sikap pembelajar terhadap

proses pembelajaran relatif kuang positif. Mereka tampaknya hanya bersekolah, belum

belajar. Bersekolah hanyalah seperti mengikuti tahapan-tahapan menjalani kehidupan

saja,   layaknya   jarum jam yang bergerak tanpa   ruh.Rasa ingin bisanya (tujuan

psikomotor) cenderung sangat rendah. Ditandai oleh takut mencoba, takut salah, takut

malu jika tidak bisa. Seolah-olah salah itu tidak boleh, pertanda bodoh bahkan goblok.

Akibat lanjutannya, kebiasaan yang cenderung terbentuk adalah mencari jalan pintas,

seperti menyontek, mencontoh persis, kopi-paste, “bacem”, dan membeli ke biro jasa

skripsi. Bibit-bibit untuk membentuk manusia dengan karakter suka menerabas, tidak

peka mutu, tidak disiplin murni bahkan watak hipokrit sudah tampak menggejala. Tidak

bermental pegulat atau pengarum jeram. Bermental penerabas. Variabel yang menjadi

penyebabnya tentu sangat kompleks. Jangan-jangan budaya seneoritas, feodalisme, santun

ke atas telah ikut mengantar paradigma botol kosong yang harus diisi ke dalam dunia

pendidikan. Guru dan sekolah layaknya penguasa yang “leluasa” membentuk, mencetak

lulusan. Globalisasi menginspirasi elit pendidikan kita untuk memperbarui paradigma

pembelajaran, yang berakibat pada perubahan kurikulum, silabus, rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP), termasuk juga pendekatan dan metode pembelajarannya. Dengan

paradigma pembelajaran bahwa siswa laksana butiran emas yang masih penuh lumpur

maka prinsip yang perlu dijadikan kesadaran oleh para pendidik adalah bebaskan anak-

anak dari “penjajahan” sekolahan, termasuk oleh gurunya. Pendekatan penggalian dan

pengembangan potensi (butiran emas) oleh dirinya sendiri secara konsistenharus

ditanamkan dan digalakkan. Guru dan manajemen sekolah hanya memfasilitasi agar

tercipta atmosfer pembelajaran yang menyenangkan sehingga sekolah dan ruang-ruang

kelas laksana lahan subur yang di atasnya dapat tumbuh subur benih-benih unggul yang

penuh potensi. Guru bukan mengisi atau mengajar, tapi mengasah, mengasuh, menyulut,

menyadarkan, memakcomblangi. Iklim atau suasana pembelajaran harus menyenangkan.

Berarti, (a) fasilitas pembelajaran di sekolah harus memadai, (b) jumlah siswa per kelas

juga mempengaruhinya; semakin banyak jumlahnya semakin sulit mengendalikan dan

membuat suasana pembelajaran menyenangkan; (c) gaya komunikasi verbal dan

nonverbal oleh guru, terutama dalam proses pembelajaran harus sirkuler bukan linier,

harus demokratis bukan otoriter-doktriner, harus menyenangkan bukan membosankan dan

juga harus bersifat keibuan atau kebapakan bukan kelaki-lakian, keras, kaku dan

menakutkan.


Keywords


persoalan pembelajaran, tujuan pembelajaran, paradigma pembelajaran, iklim pembelajaran, metode pembelajaran

Full Text:

PDF

References


De Porter, Bobi dkk. 2000. Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman

dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa

De Porter, Bobi dkk. 2001. Quantum Teaching Mempraktikkan Quantum

Learning di Ruang-Ruang Kelas. Bandung: Kaifa

Meier, Dave. 2003. The Accelerated Learning Hanbook Panduan Kreatif &

Efektif Merancang Program Pendidikan dan Pelatihan. Bandung: Kaifa

Mohammad Rosyid, Daniel. 2008. Pendidikan Nasional di Era reformasi Mau

Kemana? Surabaya: Penerbit SIC.

Mulyasa, E. 2008. Menjadi Guru Profesional menciptakan Pembelajaran Kreatif

dan Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Pannen, Paulina dkk. 1997. Belajar aktif dan Mandiri. Mengajar di Perguruan

Tinggi. Bagian Dua Program Applied Approach. Pusat Antar

Universitas untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas

Instruksional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan

Wenger, Win. 2003. Beyond Memadukan Quantum Teaching dan Learning.

Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia




DOI: http://dx.doi.org/10.12962/j24433527.v5i2.618

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.

p-ISSN (1979-5521)  e-ISSN (2443-3527)