Desain Visual Permainan Balok “Kajeng Bisu” dengan Budaya Jawa untuk Edukasi Anak Tunarungu

Melian Sukma Wardhani, Irwan Irwan Harnoko, Nugroho Widya Prio Utomo

Abstract


Abstrak—Anak-anak penyandang tunarungu memiliki keterbatasan dalam berkomunikasi. Tidak semua anak tunarungu lancar membaca. Perancangan visual balok permainan Kajeng bisu dengan budaya Jawa merupakan solusi sebagai media pembelajaran untuk anak tunarungu yang belum lancar Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI) dan membaca huruf abjad Bahasa Indonesia, anak dapat bermain dengan orang tua yang normal atau sesama tunarungu. Permainan ini dibuat dengan tujuan membantu anak tunarungu melancarkan SIBI yang biasa digunakan di SLB dan abjad Bahasa Indonesia sehingga dapat membaca dan menulis dengan lancar serta menanamkan rasa cinta terhadap budaya Jawa berupa batik, dengan bermain kajeng bisu anak-anak turut membantu melestarikan warisan budaya Jawa. Permainan ini diadaptasi dari Jenga yang diciptakan oleh Leslie Scott. Jenga menyebabkan suasana hati yang positif bagi mereka yang memainkannya di lingkaran teman atau keluarga. Setiap pemain berusaha untuk menjaga menara kayu tetap stabil, selama mungkin tetapi pada akhirnya karena gerakan ragu-ragu itu jatuh, dan permainan berakhir. Permainan Kajeng Bisu melatih mental melalui kesabaran dan membantu anak tunarungu yang kesulitan mengungkapkan ekspresi melalui konten dan tampilan visualnya. Dalam Bahasa Jawa kajeng artinya kayu. Hasil dari beberapa metode penelitian kemudian diterjemahkan menjadi konsep visual balok dari Kajeng Bisu. Konsep tersebut menghasilkan ilustrasi tangan signage Sistem Isyarat Bahasa Indonesia dan desain batik Jawa dengan gaya ilustrasi anak digital. Konsep desain dan ilustrasi kemudian diterapkan dengan proses prototyping kajeng bisu berisi  balok kayu dengan signage SIBI, kartu perintah permainan, kertas petunjuk permainan,dan kemasan yang disesuaikan dengan karakteristik anak tunarungu. Penelitian ini menghasilkan sebuah media edukasi dan permainan non-gadget untuk anak  usia 7-12 tahun yang memiliki tujuan memperkenalkan budaya Jawa dengan bermain. Kedepannya diharapkan agar dilakukan penelitian yang berhubungan dengan tema media yang membantu mengembangkan kemampuan komunikasi anak tunarungu lainya.

 

 

Abstract— Deaf children have limitations in communicating. Not all deaf children can read fluently. Visual design of Mute Wooden game blocks with Javanese culture is a solution as a learning medium for deaf children who are not fluent in the sign system of Indonesian language deaf  (SIBI) in special school and read the Indonesian alphabet, children can play with normal parents or fellow deaf. preserve Javanese cultural heritage. The game is adapted from Jenga created by Leslie Scott, Jenga causes a positive mood for those who play it in the circle of friends or family. Each player tries to keep the wooden tower steady, for as long as possible but in the end due to the only hesitating move it falls, and the game is over. The Mute Wooden (Kajeng Bisu) game trains mentally through patience and helps deaf children who have difficulty expressing expressions through content and visual displays. In Javanese, kajeng means wood. The results of several research methods are then translated into a visual concept of blocks from Mute Wooden (Kajeng Bisu) .The concept produces hand illustrations of Indonesian Signage System Signs and Javanese batik designs with digital child illustration style. The design concepts and illustrations were then applied to the prototyping process of Kajeng Bisu containing wooden blocks with SIBI signage, game command cards, game manuals, and packaging tailored to the characteristics of deaf children. This study resulted in an educational media and non-gadget games for children aged 7-12 years with the aim of introducing Javanese culture by playing. In the future, it is hoped that research related to media themes will help develop the communication skills of other deaf children

 

 


Keywords


mute wooden, game , signage, deaf, and children aged 7 – 12 years.

Full Text:

PDF

References


Purbasari, Dwiyanti, “Dukungan Pola Asuh Keluarga dan Kemampuan Pemenuhan Personal Hygine anak retardasi mental berdasarkan karakteristik di Cirebon”, Syntax Idea, 2(2), 2684-6853, 2020

Angkoso Cucun Very, Muhammad Fuad, Dian Rusydi Hadiwineka, “Pengenalan Abjad Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI) berbasis kamera depth”. 24(1), 1858-4667, 2016

Dabner, David. “Graphic Design School And The Principles And Practice Of Graphic Design: theorhies of image and page”. Fifth edition, 21 (2013)

Nofiahturrahmah, Fifi, “Problematika anak tuna rungu”, IAIN Kudus, 6(1), 2018

Lamda, Robin. “Graphic Design Soulution: Five phases of graphic design process”. 77 (2011)

T. Suliyati, D. Yuliati, "Pengembangan Motif Batik Semarang untuk Penguatan Identitas Budaya Semarang", Jurnal Sejarah Citra Lekha, 4(1), 61-73, 2019

Anwar, Syaiful, Rifki. “Penciptaan Doodle art dalam karya kriya kayu tiga dimensional”, Institute Seni Indonesia Yogyakarta”. 2017

A.R. Prasetyo, N. Rahmawati, & E. B. Saputro, " Pengembangan Media Motion Infographic Materi Fotografi ", in Proceedings of the National Seminar on Learning Technology (SNASTEP 2020). Hal 679.

Samara, Timothy. “Type Style Finder: The Busy Designer's Guide to Choosing Type”. 22 (2011)

Murtono, Taufik, " Penguatan citra merek batik dengan tipografi Vernacular", ISI Surakarta, 6(2), 2014




DOI: http://dx.doi.org/10.12962/iptek_desain.v21i1.12635

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
Jurnal Desain IDEA is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.

View My Stats

Terdaftar pada LIPI dengan e-ISSN 2580-0264 dan p-ISSN 1411-3023